BAB I
PENDAHULUAN
Al Qur`an merupakan kalaamullaah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril as yang dijaga keasliannya oleh Allah swt. Yang juga merupakan petunjuk bagi seluruh umat
manusia yang sekaligus
menjadi penjelas (bayyinaat) dari
petunjuk tersebut serta
menjadi pembeda (furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Manusia akan mengerjakan yang baik dan akan meninggalkan yang buruk atas dasar
pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut.
Salah satu hikmah dari penjagaan
keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah agar manusia mampu
menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar menurut aturan Allah swt. sehingga kemudian selamat di dunia ini dan di akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam memahami
lafaz dan ungkapan
Al Qur’an tidaklah
sama. Perbedaan daya nalar di antara manusia ini adalah suatu hal yang tidak
dipertentangan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian
ayat-ayatnya secara global, sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat
mengumpulkan pula dari pandangan makna-makna yang menarik. Dan di antara cendikiawan kelompok ini terdapat
aneka ragam dan tingkat
pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika Al-Qur’an mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui
pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata garib (ganjil) atau men-takwil tarkib (susunan
kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasa yang mudah dipahami.
Berdasarkan uraian tersebut, kami akan menguraikan tafsir
dari Al-Quran Surat:
1.
Al-A’raf ayat 55 dan 195
2.
Yunus ayat 38
3.
Hud ayat 13
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Al-Quran Surat Al-A’raf ayat 55 dan 195
1.
Surat Al-A’raf ayat 55
Artinya: Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara
yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas.(QS. 7:55).
Ayat ini mengandung
adab-adab dalam berdoa kepada Allah. Berdoa adalah suatu munajat antara seorang
hamba dengan Tuhannya untuk menyampaikan suatu permintaan agar Allah dapat
mengabulkannya. Maka berdoa kepada Allah hendaklah dengan sepenuh kerendahan
hati, dengan betul-betul khusyuk dan berserah diri. Kemudian berdoa itu
disampaikan dengan suara lunak dan lembut yang keluar dari hati sanubari yang
bersih. Berdoa dengan suara yang keras menghilangkan kekhusyukan dan mungkin menjurus
kepada ria dan pengaruh-pengaruh lainnya dan dapat mengakibatkan doa itu tidak
dikabulkan Allah. Tidak perlulah doa itu dengan suara yang keras, sebab Allah
Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
Diriwayatkan oleh Abu
Musa Al-Asyari r.a. dia berkata: Ketika kami bersama-sama Rasulullah saw. dalam
perjalanan, terdengarlah orang-orang membaca takbir dengan suara yang keras.
Maka Rasulullah bersabda:
Artinya: Sayangilah
dirimu jangan bersuara keras karena kamu tidak menyeru kepada yang pekak dan
yang jauh. Sesungguhnya kamu menyeru Allah Yang Maha Mendengar lagi Dekat dan Dia selalu beserta kamu. (H.R Bukhari dan
Muslim dari Abu Musa Al 'Asy'ari)
Bersuara keras dalam
berdoa bisa mengganggu orang, lebih-lebih orang yang sedang beribadat, baik
dalam masjid atau di tempat-tempat ibadat yang lain, kecuali yang dibolehkan
dengan suara keras, seperti talbiyah dalam musim haji dan membaca takbir pada
hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Allah swt. memuji Nabi Zakaria a.s. yang
berdoa dengan suara lembut.
Bersuara keras dan
berlebih-lebihan dalam berdoa termasuk melampaui batas Allah tidak menyukainya.
Termasuk juga melampaui batas dalam berdoa, meminta sesuatu yang mustahil
adanya menurut syara' atau pun akal, seperti seseorang meminta supaya dia
menjadi kaya, tetapi tidak mau berusaha atau seseorang menginginkan agar
dosanya diampuni tetapi dia masih terus bergelimang berbuat dosa dan
lain-lainnya. Berdoa seperti itu, namanya ingin merubah sunnatullah yang
mustahil terjadinya.
2.
Surat Al-A’raf ayat 195
Artinya: Apakah berhala-berhala mempunyai kaki yang dengan itu ia
dapat berjalan, atau mempunyai tangan yang dengan itu ia dapat bertindak dengan
keras, atau mempunyai mata yang dengan itu ia dapat melihat, atau mempunyai
telinga yang dengan itu ia dapat mendengar? Katakanlah: `Panggillah
berhala-berhalamu yang kamu jadikan sekutu Allah, kemudian lakukanlah tipu daya
(untuk mencelakakan)-Ku, tanpa memberi tangguh (kepada-Ku)`.(QS. Al-A’raf:195)
Dalam ayat ini Allah
memperingatkan bagi pemuja-pemuja benda-benda itu, bahwa berhala-berhala itu
bukan saja tidak sederajat dengan mereka bahkan lebih rendah dari mereka.
Berhala-berhala itu meskipun memiliki tubuh seperti kaki,
tangan, mata dan lain-lain sebagainya namun tidak dapat menunaikan permohonan dan tuntutan pemujanya. Benda-benda itu tidak lebih
sempurna keadaan seperti penyembahnya. Peringatan Allah swt. ini merupakan ejekan dan penghinaan kepada kaum
musyrikin. Tetapi kaum musyrikin itu tidak menginsyafi keadaan diri mereka,
bahkan mereka merasa sombong dan takabur. Mereka enggan menerima petunjuk dan
pelajaran dari Rasulullah saw. dengan alasan bahwa rasul itu seorang manusia.
Mereka berkata sesama mereka sebagaimana difirmankan Allah:
Artinya: Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu,
niscaya bila demikian kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi. (Q.S Al Mu'minun: 34)
Di sinilah kejanggalan
pikiran mereka. Mereka menolak taat kepada Rasul karena beliau seorang manusia.
Padahal Rasul saw. mempunyai kelebihan ilmu pengetahuan dan hidayah dari Allah
dibanding dengan manusia lainnya. Mereka lebih mengutamakan patung-patung
daripada seorang rasul. Bahkan mengangkat patung-patung dan benda-benda
sembahan ke derajat ketuhanan. Maka Allah swt. memerintahkan Rasul untuk mengadakan
tantangan kepada mereka secara nyata dengan mengatakan kepada mereka bahwa jika
benar berhala-berhalanya punya kekuatan, suruhlah mereka bersatu untuk
membinasakan Rasul saw. Tidaklah perlu mereka memberi kesempatan menunggu
kepada Rasul saw. untuk membinasakannya. Tantangan yang demikian itu tidak akan
terucapkan oleh Nabi saw. sekiranya keimanan kepada pertolongan Allah swt. tidak
memenuhi seluruh jiwanya.
B.
Al-Qur’an Surat Yunus ayat 38
Artinya: Atau (patutkah) mereka mengatakan:` Muhammad
membuat-buatnya. `Katakanlah:` (Kalau benar yang kamu katakan itu), maka
cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang
dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang
benar. `(QS. 10:38)
Allah swt. mengalihkan pembicaraan kepada dugaan orang-orang jahiliah yang
mengingkari kerasulan Muhammad saw. dan bahwa Alquran itu ciptaan Muhammad.
Menghadapi tuduhan orang-orang jahiliah itu Allah swt. memerintahkan kepada
Rasulullah saw. agar menangkis tuduhan mereka bahwa apabila perkataan mereka
itu benar, hendaklah mereka membuat sebuah surat yang seumpamanya, daya
tariknya, petunjuk ilmunya, gaya bahasanya, susunannya. Sebagai tantangan
kepada mereka, Allah swt. menyuruh Nabi Muhammad saw. untuk mengatakan kepada
mereka agar mereka mengajak siapa saja yang dipandang mampu selain Allah untuk
membuktikan apa yang mereka ucapkan itu, sebagaimana firma-Nya:
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa Alquran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengan dia sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang
lain. (Q.S. Al-Isra': 88)
C.
Al-Qur’an Surat Hud Ayat 13
Artinya: Bahkan mereka mengatakan: `Muhammad telah membuat-buat
Al quran itu`. Katakanlah: ` (Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh
surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang
kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang
benar`.(QS. 11:13)
Ayat ini
menjelaskan bahwa orang-orang kafir Mekah menuduh bahwa
Muhammad SAW itu telah mengada-adakan Alquran. Mereka
menuduh bahwa Alquran itu bukan wahyu dari Allah akan tetapi semata-mata
bikinan Muhammad SAW belaka.
Nabi Muhammad diperintahkan untuk menantang orang-orang kafir Quraisy itu,
termasuk pula orang-orang yang meragukan bahwa Alquran itu sebagai Firman Allah.
Tantangan itu bahwa apabila mereka meragukan Alquran itu dan menganggap bahwa
Alquran itu hanya bikinan Muhammad saja, bukan wahyu Allah, maka mereka diminta
membuat sepuluh surat yang sama dengan Alquran yang isinya mencakup hukum-hukum
(syariat) kemasyarakatan, hikmah-hikmah, nasihat-nasihat, berita-berita yang
gaib tentang umat-umat yang terdahulu dan berita-berita yang gaib tentang
peristiwa yang akan datang, dengan susunan kata-kata yang sangat indah dan
halus sukar ditiru oleh siapa pun, karena ketinggian bahasanya yang mempunyai
pengaruh yang sangat mendalam kepada jiwa tiap-tiap orang yang membaca dan
mendengarnya. Sesudah itu dijelaskan bahwa mereka telah mengenal Muhammad.
Beliau telah bergaul berpuluh-puluh tahun di tengah-tengah mereka, dan mereka
tidak pernah menemukan beliau berdusta atau menyalahi janji sehingga mendapat
gelar Al-Amin; maka sifat Muhammad yang sudah terkenal kejujurannya sebelum
diangkat menjadi nabi, tidak wajarlah apabila beliau tiba-tiba berubah menjadi
penipu atau pendusta seperti mereka menuduh beliau mengada-adakan Alquran, dan
mengatakannya dari Allah.
Seorang sastrawan bagaimana pun pandainya dan mahirnya membuat suatu
karangan, tentu dapat saja ditiru atau diimbangi oleh sastrawan yang lain,
tetapi orang musyrikin tidak mampu menciptakan surat-surat yang sama dengan
Alquran itu, padahal mereka sebagai pemimpin Quraisy adalah termasuk
pujangga-pujangga, ahli bahasa dan sastrawan-sastrawan ulung, karena hasil
karya kesusastraan mereka dalam bentuk syair sering dipamerkan bahkan
dipertandingkan dalam gelanggang musabaqah keindahan bahasa di pasar Ukaz, Zul
Majaz, Zul Majannah dan lain-lainnya.
BAB III
PENUTUP
Al-Qur’an surat Al-A’raf
ayat 55 mengandung adab-adab dalam berdoa kepada
Allah sebagai bentuk munajat antara seorang hamba dengan Tuhannya untuk menyampaikan suatu
permintaan dengan sepenuh hati, betul-betul khusyuk dan berserah diri dan tidak dengan
cara yang melampaui batas agar Allah
mengabulkannya. Sedangkan dalam ayat 195 Allah memperingatkan bagi pemuja-pemuja benda-benda itu, bahwa
berhala-berhala itu bukan saja tidak sederajat dengan mereka bahkan lebih
rendah dari mereka. Berhala-berhala itu meskipun memiliki tubuh seperti kaki, tangan, mata dan lain-lain sebagainya namun tidak dapat menunaikan permohonan dan tuntutan pemujanya. Benda-benda itu tidak lebih
sempurna keadaan seperti penyembahnya.
Dalam surat Yunus ayat 38 Allah swt menantang orang-orang jahiliah yang mengingkari
kerasulan Muhammad saw yang menuduh bahwa Alquran itu
ciptaan Muhammad. Apabila mereka merasa perkataan
mereka itu benar, hendaklah mereka membuat sebuah surat yang
seumpamanya, daya tariknya, petunjuk ilmunya, gaya bahasanya, susunannya.
Dalam Surat Hud ayat 13 menjelaskan bahwa orang-orang kafir Mekah juga menuduh bahwa Muhammad SAW itu telah mengada-adakan Alquran. Mereka menuduh bahwa Alquran itu bukan
wahyu dari Allah akan tetapi semata-mata bikinan Muhammad SAW belaka. Nabi Muhammad diperintahkan untuk menantang orang-orang kafir
Quraisy itu, termasuk pula orang-orang yang meragukan bahwa Alquran itu sebagai
Firman Allah. Tantangan itu bahwa apabila mereka meragukan Alquran itu dan
menganggap bahwa Alquran itu hanya buatan Muhammad saja, bukan wahyu Allah, maka mereka diminta membuat sepuluh
surat yang sama dengan Alquran yang isinya mencakup hukum-hukum (syariat)
kemasyarakatan, hikmah-hikmah, nasihat-nasihat, berita-berita yang gaib tentang
umat-umat yang terdahulu dan berita-berita yang gaib tentang peristiwa yang
akan datang.
sumber: http://users6.nofeehost.com/alquranonline/
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar