Rabu, 03 April 2013

makalah tafsir surat Al-A’raf ayat 55 dan 195, Yunus ayat 38, Hud ayat 13










BAB I
PENDAHULUAN

Al Qur`an merupakan kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril as yang dijaga keasliannya oleh Allah swt. Yang juga merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia yang sekaligus menjadi penjelas (bayyinaat) dari petunjuk tersebut serta menjadi pembeda (furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Manusia akan mengerjakan yang baik dan akan meninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut.
Salah satu hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar menurut aturan Allah swt. sehingga kemudian selamat di dunia ini dan di akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam memahami lafaz dan ungkapan Al Quran tidaklah sama. Perbedaan daya nalar di antara manusia ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global, sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan pula dari pandangan makna-makna yang menarik. Dan di antara cendikiawan kelompok ini terdapat aneka ragam dan tingkat pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika Al-Quran mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata garib (ganjil) atau men-takwil tarkib (susunan kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasa yang mudah dipahami.
Berdasarkan uraian tersebut, kami akan menguraikan tafsir dari Al-Quran Surat:
1.        Al-A’raf ayat 55 dan 195
2.        Yunus ayat 38
3.        Hud ayat 13

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Al-Quran Surat Al-A’raf ayat 55 dan 195
1.        Surat Al-A’raf ayat 55
 
Artinya: Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.(QS. 7:55).

Ayat ini mengandung adab-adab dalam berdoa kepada Allah. Berdoa adalah suatu munajat antara seorang hamba dengan Tuhannya untuk menyampaikan suatu permintaan agar Allah dapat mengabulkannya. Maka berdoa kepada Allah hendaklah dengan sepenuh kerendahan hati, dengan betul-betul khusyuk dan berserah diri. Kemudian berdoa itu disampaikan dengan suara lunak dan lembut yang keluar dari hati sanubari yang bersih. Berdoa dengan suara yang keras menghilangkan kekhusyukan dan mungkin menjurus kepada ria dan pengaruh-pengaruh lainnya dan dapat mengakibatkan doa itu tidak dikabulkan Allah. Tidak perlulah doa itu dengan suara yang keras, sebab Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asyari r.a. dia berkata: Ketika kami bersama-sama Rasulullah saw. dalam perjalanan, terdengarlah orang-orang membaca takbir dengan suara yang keras. Maka Rasulullah bersabda:
Artinya: Sayangilah dirimu jangan bersuara keras karena kamu tidak menyeru kepada yang pekak dan yang jauh. Sesungguhnya kamu menyeru Allah Yang Maha Mendengar lagi Dekat dan Dia selalu beserta kamu.  (H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al 'Asy'ari)

Bersuara keras dalam berdoa bisa mengganggu orang, lebih-lebih orang yang sedang beribadat, baik dalam masjid atau di tempat-tempat ibadat yang lain, kecuali yang dibolehkan dengan suara keras, seperti talbiyah dalam musim haji dan membaca takbir pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Allah swt. memuji Nabi Zakaria a.s. yang berdoa dengan suara lembut.
Bersuara keras dan berlebih-lebihan dalam berdoa termasuk melampaui batas Allah tidak menyukainya. Termasuk juga melampaui batas dalam berdoa, meminta sesuatu yang mustahil adanya menurut syara' atau pun akal, seperti seseorang meminta supaya dia menjadi kaya, tetapi tidak mau berusaha atau seseorang menginginkan agar dosanya diampuni tetapi dia masih terus bergelimang berbuat dosa dan lain-lainnya. Berdoa seperti itu, namanya ingin merubah sunnatullah yang mustahil terjadinya.

2.        Surat Al-A’raf ayat 195
 
Artinya: Apakah berhala-berhala mempunyai kaki yang dengan itu ia dapat berjalan, atau mempunyai tangan yang dengan itu ia dapat bertindak dengan keras, atau mempunyai mata yang dengan itu ia dapat melihat, atau mempunyai telinga yang dengan itu ia dapat mendengar? Katakanlah: `Panggillah berhala-berhalamu yang kamu jadikan sekutu Allah, kemudian lakukanlah tipu daya (untuk mencelakakan)-Ku, tanpa memberi tangguh (kepada-Ku)`.(QS. Al-A’raf:195)

Dalam ayat ini Allah memperingatkan bagi pemuja-pemuja benda-benda itu, bahwa berhala-berhala itu bukan saja tidak sederajat dengan mereka bahkan lebih rendah dari mereka. Berhala-berhala itu meskipun memiliki tubuh seperti kaki, tangan, mata dan lain-lain sebagainya namun tidak dapat menunaikan permohonan dan tuntutan pemujanya. Benda-benda itu tidak lebih sempurna keadaan seperti penyembahnya. Peringatan Allah swt. ini merupakan ejekan dan penghinaan kepada kaum musyrikin. Tetapi kaum musyrikin itu tidak menginsyafi keadaan diri mereka, bahkan mereka merasa sombong dan takabur. Mereka enggan menerima petunjuk dan pelajaran dari Rasulullah saw. dengan alasan bahwa rasul itu seorang manusia. Mereka berkata sesama mereka sebagaimana difirmankan Allah:
Artinya: Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi. (Q.S Al Mu'minun: 34)

Di sinilah kejanggalan pikiran mereka. Mereka menolak taat kepada Rasul karena beliau seorang manusia. Padahal Rasul saw. mempunyai kelebihan ilmu pengetahuan dan hidayah dari Allah dibanding dengan manusia lainnya. Mereka lebih mengutamakan patung-patung daripada seorang rasul. Bahkan mengangkat patung-patung dan benda-benda sembahan ke derajat ketuhanan. Maka Allah swt. memerintahkan Rasul untuk mengadakan tantangan kepada mereka secara nyata dengan mengatakan kepada mereka bahwa jika benar berhala-berhalanya punya kekuatan, suruhlah mereka bersatu untuk membinasakan Rasul saw. Tidaklah perlu mereka memberi kesempatan menunggu kepada Rasul saw. untuk membinasakannya. Tantangan yang demikian itu tidak akan terucapkan oleh Nabi saw. sekiranya keimanan kepada pertolongan Allah swt. tidak memenuhi seluruh jiwanya.

B.       Al-Qur’an Surat Yunus ayat 38

Artinya: Atau (patutkah) mereka mengatakan:` Muhammad membuat-buatnya. `Katakanlah:` (Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. `(QS. 10:38)

Allah swt. mengalihkan pembicaraan kepada dugaan orang-orang jahiliah yang mengingkari kerasulan Muhammad saw. dan bahwa Alquran itu ciptaan Muhammad. Menghadapi tuduhan orang-orang jahiliah itu Allah swt. memerintahkan kepada Rasulullah saw. agar menangkis tuduhan mereka bahwa apabila perkataan mereka itu benar, hendaklah mereka membuat sebuah surat yang seumpamanya, daya tariknya, petunjuk ilmunya, gaya bahasanya, susunannya. Sebagai tantangan kepada mereka, Allah swt. menyuruh Nabi Muhammad saw. untuk mengatakan kepada mereka agar mereka mengajak siapa saja yang dipandang mampu selain Allah untuk membuktikan apa yang mereka ucapkan itu, sebagaimana firma-Nya:
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Alquran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.  (Q.S. Al-Isra': 88)

C.      Al-Qur’an Surat Hud Ayat 13

Artinya: Bahkan mereka mengatakan: `Muhammad telah membuat-buat Al quran itu`. Katakanlah: ` (Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar`.(QS. 11:13)

Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang kafir Mekah menuduh bahwa Muhammad SAW itu telah mengada-adakan Alquran. Mereka menuduh bahwa Alquran itu bukan wahyu dari Allah akan tetapi semata-mata bikinan Muhammad SAW belaka.
Nabi Muhammad diperintahkan untuk menantang orang-orang kafir Quraisy itu, termasuk pula orang-orang yang meragukan bahwa Alquran itu sebagai Firman Allah. Tantangan itu bahwa apabila mereka meragukan Alquran itu dan menganggap bahwa Alquran itu hanya bikinan Muhammad saja, bukan wahyu Allah, maka mereka diminta membuat sepuluh surat yang sama dengan Alquran yang isinya mencakup hukum-hukum (syariat) kemasyarakatan, hikmah-hikmah, nasihat-nasihat, berita-berita yang gaib tentang umat-umat yang terdahulu dan berita-berita yang gaib tentang peristiwa yang akan datang, dengan susunan kata-kata yang sangat indah dan halus sukar ditiru oleh siapa pun, karena ketinggian bahasanya yang mempunyai pengaruh yang sangat mendalam kepada jiwa tiap-tiap orang yang membaca dan mendengarnya. Sesudah itu dijelaskan bahwa mereka telah mengenal Muhammad. Beliau telah bergaul berpuluh-puluh tahun di tengah-tengah mereka, dan mereka tidak pernah menemukan beliau berdusta atau menyalahi janji sehingga mendapat gelar Al-Amin; maka sifat Muhammad yang sudah terkenal kejujurannya sebelum diangkat menjadi nabi, tidak wajarlah apabila beliau tiba-tiba berubah menjadi penipu atau pendusta seperti mereka menuduh beliau mengada-adakan Alquran, dan mengatakannya dari Allah.
Seorang sastrawan bagaimana pun pandainya dan mahirnya membuat suatu karangan, tentu dapat saja ditiru atau diimbangi oleh sastrawan yang lain, tetapi orang musyrikin tidak mampu menciptakan surat-surat yang sama dengan Alquran itu, padahal mereka sebagai pemimpin Quraisy adalah termasuk pujangga-pujangga, ahli bahasa dan sastrawan-sastrawan ulung, karena hasil karya kesusastraan mereka dalam bentuk syair sering dipamerkan bahkan dipertandingkan dalam gelanggang musabaqah keindahan bahasa di pasar Ukaz, Zul Majaz, Zul Majannah dan lain-lainnya.

BAB III
PENUTUP

Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 55 mengandung adab-adab dalam berdoa kepada Allah sebagai bentuk munajat antara seorang hamba dengan Tuhannya untuk menyampaikan suatu permintaan dengan sepenuh hati, betul-betul khusyuk dan berserah diri dan tidak dengan cara yang melampaui batas agar Allah mengabulkannya. Sedangkan dalam ayat 195 Allah memperingatkan bagi pemuja-pemuja benda-benda itu, bahwa berhala-berhala itu bukan saja tidak sederajat dengan mereka bahkan lebih rendah dari mereka. Berhala-berhala itu meskipun memiliki tubuh seperti kaki, tangan, mata dan lain-lain sebagainya namun tidak dapat menunaikan permohonan dan tuntutan pemujanya. Benda-benda itu tidak lebih sempurna keadaan seperti penyembahnya.
Dalam surat Yunus ayat 38 Allah swt menantang orang-orang jahiliah yang mengingkari kerasulan Muhammad saw yang menuduh bahwa Alquran itu ciptaan Muhammad. Apabila mereka merasa perkataan mereka itu benar, hendaklah mereka membuat sebuah surat yang seumpamanya, daya tariknya, petunjuk ilmunya, gaya bahasanya, susunannya.
Dalam Surat Hud ayat 13 menjelaskan bahwa orang-orang kafir Mekah juga menuduh bahwa Muhammad SAW itu telah mengada-adakan Alquran. Mereka menuduh bahwa Alquran itu bukan wahyu dari Allah akan tetapi semata-mata bikinan Muhammad SAW belaka. Nabi Muhammad diperintahkan untuk menantang orang-orang kafir Quraisy itu, termasuk pula orang-orang yang meragukan bahwa Alquran itu sebagai Firman Allah. Tantangan itu bahwa apabila mereka meragukan Alquran itu dan menganggap bahwa Alquran itu hanya buatan Muhammad saja, bukan wahyu Allah, maka mereka diminta membuat sepuluh surat yang sama dengan Alquran yang isinya mencakup hukum-hukum (syariat) kemasyarakatan, hikmah-hikmah, nasihat-nasihat, berita-berita yang gaib tentang umat-umat yang terdahulu dan berita-berita yang gaib tentang peristiwa yang akan datang.

sumber: http://users6.nofeehost.com/alquranonline/ 




 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar