By Jaimah
STAIN ZCK Langsa
Minggu, 22 April 2012
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Tafsir secara bahasa mengikuti wazan ”taf`íl”, berasal dari asal kata al-Fashr yang berarti menjelaskan, menyingkap dan menampakkan atau menerangkan makna yang abstrak. Kata kerjanya mengikuti wazan ”daraba – yadribu” dan ”nasara-yansuru”. Kata at-tafsir dan al-fasr
mempunyai arti menjelaskan dan menyingkap yang tertutup. Dalam lisanul
`Arab dinyatakan: kata kata ”al-fasr” berarti menyingkap sesuatu yang
tertutup, sedang kata ”at-tafsir” berarti menyingkapkan maksud sesuatu
lafadz yang musykil, pelik. Dalam al-Qur`an dinyatakan:
(Tidaklah
mereka datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami
datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan paling baik tafsir-nya) (al-Furqan [25]:33).
Dalam pengertian istilah ahli tafsir, ada beberapa macam maknanya:
Ø Golongan mutaqoddimin memaknakan ta`wil dengan tafsir,
Ø
Mujahid berkata : ”Bahwasanya para ulama mengetahui ta`wil Al Qur-an,
yakni tafsirnya. Ibnu Jarir pun mempergunakan kata ta`wil dalam arti
tafsir.
Sedangkan asbabun nuzul menurut Joni Tamkin Borhan dan Che Zarina Shaari (1995), kaedah bahasa Arab menggariskan kata “Asbab al-Nuzul” terdiri daripada dua suku kata iaitu “Asbab” dan “Nuzul”. Kata “Asbab” ialah kata jama’ daripada kata sebab yang bererti “sebab”. Sementara kata “Nuzul” pula adalah kata benda (masdar) daripada katakerja (fi’il) “nazala” yang bererti “telah turun”. Oleh itu, frasa “Asbab al-Nuzul”
bererti“sebab-sebab turun” yang bermaksud “sebab-sebab turunnya
ayat-ayat al-Qurankepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah
SWT”.Dari sudut istilah pula, para mufassirin mendefinisikan “Asbab
al-Nuzul”sebagai “apa-apa yang menyebabkan penurunan sesuatu ayat atau
beberapa ayatatau pemberian jawapan terhadap sebabnya ataupun
menerangkan hukumnya padamasa berlakunya peristiwa itu.”
Pada
bab selanjutnya saya akan menafsirkan surat Ali Imran ayat 61 dan Surat
Al-Kafirun ayat 1-6, beserta asbabun nuzul dan kandungannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 61
فَمَنْ
حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا
نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ
وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ
اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ
Artinya: Siapa
yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan
kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak
kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri
kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan
kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.
Tafsir Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 61:
Dalam
ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad bila masih ada
orang yang membantah kebenaran berita tentang kejadian Isa, sesudah
mendapat penjelasan hendaklah mereka diajak bermubahalah untuk
membuktikan siapa yang benar dan berdoa supaya Allah SWT menjatuhkan
laknat-Nya kepada orang yang berdusta. Mubahalah ini sebagai pencerminan
dari kebenaran kepercayaan itu. Allah SWT memerintahkan kepada Nabi
Muhammad saw, agar mengundang keluarga masing-masing baik dari pihaknya
maupun dari pihak mereka, yang terdiri dari anak-anak dan isteri, untuk
mengadakan mubahalah ini.
Di
dalam ayat disebutkan lebih dahulu isteri dan anak-anak nabi dalam
mubahalah, karena seseorang lebih mengkhawatirkan diri keluarganya dari
pada dirinya sendiri. Hal ini mengandung pengertian bahwa Nabi Muhammad
saw, telah percaya dengan penuh keyakinan bahwa bencana yang tidak
dikehendaki, sebagai akibat dari muhabalah itu tidak akan menimpa
keluarganya dan dirinya. Kemudian ayat ini yang dikenal sebagai ayat
mubahalah.
Mengenai terjadinya ajakan mubahlah tersebut telah diriwayatkan melalui berbagai macam sumber, bahwa Nabi Muhammad saw, telah mengajak orang-orang Nasrani dari suku Najran untuk mengadakan mubahalah, tetapi mereka menolak.
Mengenai terjadinya ajakan mubahlah tersebut telah diriwayatkan melalui berbagai macam sumber, bahwa Nabi Muhammad saw, telah mengajak orang-orang Nasrani dari suku Najran untuk mengadakan mubahalah, tetapi mereka menolak.
Imam
Bukhari dan Imam Muslim juga telah meriwayatkan sebuah hadis bahwa Al
'Aqib dan As Sayid mengunjungi Rasulullah saw. Kemudian beliau
berkeinginan untuk mengadakan mubahalah dengan mereka. Maka salah
seorang di antara mereka berkata kepada kaumnya: "Janganlah kamu
bermuhabalah dengan dia. Demi Allah apabila ia betul-betul seorang Nabi
lalu dia bemubahalah dengan kita, niscaya kita tidak akan berbahagia
selamanya, dan tidak akan ada generasi yang akan melanjutkan keturunaan
kita. Kemudian mereka berkata kepada Nabi saw: "Kami akan memberikan apa
yang engkau minta sebab itu utuslah kepada kami seorang laki-laki yang
terpercaya" Kemudian Nabi saw bersabda: "Berdirilah hai, Aba Ubaidah",
maka setelah ia berdiri Nabipun bersabda: "Inilah orang yang terpercaya
dikalangan umat ini" .
Abu
Nu'aim meriwayatkan pula sebuah hadis dari Ibnu 'Abbas dalam kitab Ad
Dalail melalui sanad dari Ata'dan Ad Dahak dari lbnu Abbas bahwasanya
delapan orang Nasrani dan penduduk Najran mendatangi Rasulullah saw Di
antara mereka terdapat 'Aqib dan As Sayid. Kemudian Allah SWT menurunkan
ayat ini. Lalu mereka berkata: "Beri tangguhlah kami tiga hari". Lalu
mereka pergi kepada Bani Quraizah, Bani Nadir dan Bani Qainuqa' dari
kalangan orang-orang Yahudi. Kemudian mereka memberi isyarat untuk
berdamai saja dan tidak mengadakan mubahalah dengan Nabi. Kemudian
mereka berkata: "Dia adalah nabi yang telah diberitakan kedatangannya di
dalam kitab Taurat". LaIu mereka mengadakan perdamaian dengan Nabi saw
dengan perjanjian membayar 1.000 potong pakaian pada bulan Safar dan
1.000 potong lagi disertai sejumlah uang pada bulan Rajab.
Dan
diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw, telah mengajukan Ali, Fatimah dan
kedua putra mereka, Hasan dan Husain selain diri beliau sendiri, untuk
bermuhabalah dan Nabi pun keluar bersama-sama mereka seraya bersabda:
"Apabila saya berdoa hendaklak kamu membaca, Amin".
Dan
Ibnu `Asakir telah meriwayatkan sebuah hadis dari Ja'far dari ayahnya,
bahwa setelah ayat ini turun, Nabi membawa Aba Bakar bersama-sama
anak-anaknya, Umar dan anak-anaknya clan 'Usman bersama anak-anaknya.
Dapat dipahami dari ayat-ayat ini bahwa Nabi Muhammad saw, telah
memerintahkan untuk mengundang orang-orang yang menentang hakekat
kejadian, Isa dari kalangan orang-orang ahli kitab untuk berkumpul baik
lakl-laki, perempuan ataupun anak-anak, dan juga Nabi mengumpulkan orang
mukminin baik laki-laki, perempuan atau anak-anak. Mereka pun mengajak
bermubahalah kepada Allah SWT agar Dia melaknat orang-orang yang sengaja
berdusta. Ajakan Nabi saw untuk bermubahalah itu menunjukkan adanya
keyakinan yang penuh terhadap kebenaran apa yang beliau katakan,
sebaliknya keengganan orang-orang yang diajak untuk bermubahalah
menunjukkan alasan dan kepalsuan kepercayan mereka.
Di
dalam ayat ini terdapat suatu pelajaran bahwa wanita harus diikut
sertakan untuk turut bersama-sama lelaki menghadapi persoalan yang
penting. Hal ini menunjukkan kelebihan agama Islam dari agama lain. Juga
terdapat suatu petunjuk bahwa menurut ajaran Islam, para wanita sama
hak dan kewajibannya dengan laki-laki dalam berbagai urusan.
Asbabun Nuzul Surah Ali 'Imran ayat 61:
Baihaqi
mengetengahkan dalam Dalail dari jalur Salamah bin Abdu Yasyu' dari
bapaknya seterusnya dari kakeknya bahwa Rasulullah saw. menulis surat
kepada warga Najran, yakni sebelum diturunkan kepadanya surat Thasin,
"Atas nama Tuhan dari Ibrahim, Ishak dan Yakub, dari Muhammad yang
nabi..." Di dalamnya disebutkan, "Maka orang-orang Najran itu mengutus
Syurahbil bin Wadaah Al-Hamdani, Abdullah bin Syurahbil Al-Ashbahi dan
Jabbar Al-Hartsi kepada Nabi saw. Perutusan ini berangkat mendatangi
Nabi saw. sehingga mereka pun saling bertanya jawab. Demikianlah tanya
jawab ini terus berlangsung sampai mereka menanyakan, 'Bagaimana
pendapat Anda tentang Isa?' Jawab Nabi saw., 'Sampai hari ini tak ada
suatu pun pendapat saya mengenai dirinya. Tinggallah tuan-tuan di sini
dulu sampai saya dapat menerangkannya!' Ternyata esok paginya Allah
telah menurunkan ayat ini, 'Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi
Allah...,' sampai dengan firman-Nya, '...seraya kita memohon agar laknat
Allah itu ditimpakan-Nya kepada orang-orang yang dusta.'" (Q.S. Ali
Imran 59-61) Ibnu Saad mengetengahkan dalam kitab Thabaqat dari Azraq
bin Qais, katanya, "Telah datang kepada Nabi saw. uskup negeri Najran
bersama bawahannya, kepada mereka ditawarkannya agama Islam, Mereka
menjawab, 'Sebelum Anda, kami telah Islam.' Jawab Nabi saw., 'Bohong!
Ada tiga perkara yang menghalangi tuan-tuan masuk Islam, yakni ucapan
tuan-tuan bahwa Allah mempunyai anak, memakan daging babi dan sujud
kepada patung.' Tanya mereka, 'Siapakah bapak dari Isa?' Rasulullah
tidak dapat menjawab sampai Allah menurunkan, 'Sesungguhnya perumpamaan
Isa di sisi Allah...,' sampai dengan firman-Nya, '...dan sesungguhnya
Allah, Dialah Yang Maha Tangguh lagi Maha Bijaksana.' (Q.S. Ali Imran
59-62) Nabi mengajak mereka untuk saling kutuk-mengutuk, tetapi mereka
menolak dan setuju akan membayar upeti lalu mereka pun kembali."
Kandungan dan Inti Surat Ali ‘Imran Ayat 61:
Ayat
61 ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad agar
mengajak orang-orang nasrani yang membantah tentang kisah nabi Isa yang
sebenarnya untuk berdialog (berdebad/musyawarah) untuk membuktikan
kebenaran anggapan masing-masing mengenai kisah nabi Isa yang
sebenarnya.
Nilai-nilai Pendidikan Surat Ali ‘Imran Ayat 61:
Nilai-nilai
pendidikan dalam ayat ini adalah mengajarkan kita agar benar-benar
yakin bahwa Isa itu adalah seorang nabi, bukan Tuhan. Jika tidak yakin
sepenuhnya, maka Allah akan melaknat orang yang ingkar akan kebenaran
yang memang sudah disampaikan dan dijelaskan melalui Rasulullah SAW.
Al-Qur’an Surat Al-Kafirun Ayat 1-5:
١ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
۲ لا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُون
۳ وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
۴ وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
۶ وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
۶ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Artinya:
1. Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir,
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku".
Tafsir Surat Al-Kafirun Ayat 1-6:
Telah
diriwayatkan bahwa Walid bin Mugirah, 'As bin Wail As Sahmi, Aswad bin
Abdul Muttalib dan Umaiyah bin Khalaf bersama rombongan
pembesar-pembesar Quraisy datang menemui Nabi SAW. menyatakan, "Hai
Muhammad! Marilah engkau mengikuti agama kami dan kami mengikuti agamamu
dan engkau bersama kami dalam semua masalah yang kami hadapi, engkau
menyembah Tuhan kami setahun dan kami menyembah Tuhanmu setahun. Jika
agama yang engkau bawa itu benar, maka kami berada bersamamu dan
mendapat bagian darinya, dan jika ajaran yang ada pada kami itu benar,
maka engkau telah bersekutu pula bersama-sama kami dan engkau akan
mendapat bagian pula daripadanya". Beliau menjawab, "Aku berlindung
kepada Allah dari mempersekutukan-Nya". Lalu turunlah surah Al Kafirun
sebagai jawaban terhadap ajakan mereka.
Kemudian
Nabi SAW pergi ke Masjidilharam menemui orang-orang Quraisy yang sedang
berkumpul di sana dan membaca surah Al Kafirun ini, maka mereka
berputus asa untuk dapat bekerja sama dengan Nabi SAW. Sejak itu
mulailah orang-orang Quraisy meningkatkan permusuhan mereka ke pada Nabi
dengan menyakiti beliau dan para sahabatnya, sehingga tiba masanya
hijrah ke Madinah.
Dalam
ayat-ayat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya agar menyatakan kepada
orang-orang kafir, bahwa "Tuhan" yang kamu sembah bukanlah "Tuhan" yang
saya sembah, karena kamu menyembah "tuhan" yang memerlukan pembantu dan
mempunyai anak atau ia menjelma dalam sesuatu bentuk atau dalam sesuatu
rupa atau bentuk-bentuk lain yang kau dakwakan.
Sedang
saya menyembah Tuhan yang tidak ada tandingan-Nya dan tidak ada sekutu
bagi-Nya; tidak mempunyai anak, tidak mempunyai teman wanita dan tidak
menjelma dalam sesuatu tubuh. Akal tidak sanggup menerka bagaimana Dia,
tidak ditentukan oleh tempat dan tidak terikat oleh masa, tidak
memerlukan perantaraan dan tidak pula memerlukan penghubung.
Maksudnya;
perbedaan sangat besar antara "tuhan" yang kamu sembah dengan "Tuhan"
yang saya sembah. Kamu menyakiti tuhanmu dengan sifat-sifat yang tidak
layak sama sekali bagi Tuhan yang saya sembah.
Asbabun Nuzul Surat Al-Kafirun Ayat 1-6
Imam
Tabrani dan Imam Ibnu Abu Hatim, mengetengahkan sebuah hadis melalui
Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwasanya orang-orang Quraisy
mengajak Rasulullah saw. supaya meninggalkan seruannya dengan imbalan,
bahwa mereka akan memberikan kepadanya harta yang berlimpah, sehingga
akan membuatnya menjadi lelaki yang terkaya di kota Mekah dan mereka
akan menikahkannya dengan wanita-wanita yang disukainya Untuk itu
orang-orang Quraisy mengatakan, "Semuanya itu adalah untukmu, hai
Muhammad, asal kamu cegah dirimu dari mencaci maki tuhan-tuhan kami dan
jangan pula kamu menyebut-nyebutnya dengan sebutan yang buruk. Jika kamu
tidak mau, maka sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun." Lalu
Rasulullah saw. menjawab, "Tunggulah sampai ada wahyu yang turun
kepadaku dari Rabbku."
Maka
Allah menurunkan firman-Nya, "Katakanlah!, 'Hai orang-orang kafir...'"
(Q.S. 109 Al Kaafiruun, 1 hingga akhir surah). Allah swt. menurunkan
pula ayat lainnya, yaitu firman-Nya, "Katakanlah!, 'Apakah kalian
menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak
berpengetahuan?'" (Q.S. Az Zumar, 64).
Abdur
Razzaq mengetengahkan sebuah hadis melalui Wahab yang menceritakan,
bahwasanya orang-orang Quraisy telah berkata kepada Nabi saw., "Jika
kamu suka kamu boleh mengikuti kami selama satu tahun dan kami akan
mengikuti pula agamamu selama setahun." Maka Allah menurunkan
firman-Nya, "Katakanlah!, 'Hai orang-orang kafir!...'" (Q.S. 109 Al
Kaafiruun, 1 hingga akhir surah). Imam Ibnu Munzir mengetengahkan pula
hadis yang serupa melalui Ibnu Juraij. Imam Ibnu Abu Hatim
mengetengahkan sebuah hadis melalui Said bin Mina yang menceritakan,
bahwasanya Walid bin Mughirah, 'Ash bin Wa-il, Aswad bin Muttalib dan
Umaiyah bin Khalaf mereka semuanya bertemu dengan Rasulullah saw. lalu
mereka mengatakan, "Hai Muhammad! Kemarilah, mari kamu sembah apa yang
kami sembah, maka kami pun akan menyembah Tuhan yang kamu sembah. Dan
marilah kita bersama-sama bersekutu antara kami dan kamu di dalam
perkara kita ini secara keseluruhan. Sehingga Allah menurunkan surat
Al-Kafirun ini.
Kandungan, Inti dan Nilai Pendidikan dalam Surat Al-Kafirun ayat 1-6:
1. Allah mengajarkan kita agar tidak menyembah tuhan selain Allah.
2. Tidak boleh beribadah bersama-sama orang kafir.
3. Antara agama Islam dan agama yang lain jelas sekali perbedaannya (tidak sama).
BAB III
PENUTUP
Kandungan dan inti surat ali ‘imran ayat 61: Ayat
61 ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad agar
mengajak orang-orang nasrani yang membantah tentang kisah nabi Isa yang
sebenarnya untuk berdialog (berdebad/musyawarah) untuk membuktikan
kebenaran anggapan masing-masing mengenai kisah nabi Isa yang
sebenarnya.
Nilai-nilai
pendidikan dalam ayat ini adalah mengajarkan kita agar benar-benar
yakin bahwa Isa itu adalah seorang nabi, bukan Tuhan. Jika tidak yakin
sepenuhnya, maka Allah akan melaknat orang yang ingkar akan kebenaran
yang memang sudah disampaikan dan dijelaskan melalui Rasulullah SAW.
Kandungan, inti dan nilai pendidikan dalam surat al-kafirun ayat 1-6: Allah mengajarkan kita agar tidak menyembah tuhan selain Allah; Tidak boleh beribadah bersama-sama orang kafir; Antara agama Islam dan agama yang lain jelas sekali perbedaannya (tidak sama).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/21216882/Asbabun-Nuzul Diakses Tanggal 19 Desember 2011, Pukul 16:09 WIB.
http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2122327-pengertian-tafsir-dan-ta-wil/
Diakses Tanggal 19 Desember 2011, Pukul 16:15 WIB.
http://en.wikipedia.org/wiki/Tafsir Diakses Tanggal 19 Desember 2011, Pukul 16:20 WIB.
http://c.1asphost.com/sibin/ Diakses Tanggal 18 Desember 2011, Pukul 14:15 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar