Kamis, 04 Juli 2013

Makalah Tafsir


 
By Jaimah
STAIN ZCK Langsa
Minggu, 22 April 2012



BAB I
PENDAHULUAN
 
Tafsir secara bahasa mengikuti wazan ”taf`íl”, berasal dari asal kata al-Fashr yang berarti menjelaskan, menyingkap dan menampakkan atau menerangkan makna yang abstrak. Kata kerjanya mengikuti wazan ”daraba – yadribu” dan ”nasara-yansuru”. Kata at-tafsir dan al-fasr mempunyai arti menjelaskan dan menyingkap yang tertutup. Dalam lisanul `Arab dinyatakan: kata kata ”al-fasr” berarti menyingkap sesuatu yang tertutup, sedang kata ”at-tafsir” berarti menyingkapkan maksud sesuatu lafadz yang musykil, pelik. Dalam al-Qur`an dinyatakan:
(Tidaklah mereka datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan paling baik tafsir-nya) (al-Furqan [25]:33).
Dalam pengertian istilah ahli tafsir, ada beberapa macam maknanya:
Ø Golongan mutaqoddimin memaknakan ta`wil dengan tafsir,
Ø Mujahid berkata : ”Bahwasanya para ulama mengetahui ta`wil Al Qur-an, yakni tafsirnya. Ibnu Jarir pun mempergunakan kata ta`wil dalam arti tafsir.
Sedangkan asbabun nuzul menurut Joni Tamkin Borhan dan Che Zarina Shaari (1995), kaedah bahasa Arab menggariskan kata “Asbab al-Nuzul” terdiri daripada dua suku kata iaitu “Asbab” dan “Nuzul”. Kata “Asbab” ialah kata jama’ daripada kata sebab yang bererti “sebab”. Sementara kata “Nuzul” pula adalah kata benda (masdar) daripada katakerja (fi’il) “nazala” yang bererti “telah turun”. Oleh itu, frasa “Asbab al-Nuzul” bererti“sebab-sebab turun” yang bermaksud “sebab-sebab turunnya ayat-ayat al-Qurankepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT”.Dari sudut istilah pula, para mufassirin mendefinisikan “Asbab al-Nuzul”sebagai “apa-apa yang menyebabkan penurunan sesuatu ayat atau beberapa ayatatau pemberian jawapan terhadap sebabnya ataupun menerangkan hukumnya padamasa berlakunya peristiwa itu.”
Pada bab selanjutnya saya akan menafsirkan surat Ali Imran ayat 61 dan Surat Al-Kafirun ayat 1-6, beserta asbabun nuzul dan kandungannya.
BAB II
PEMBAHASAN




Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 61

فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ

Artinya: Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.

Tafsir Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 61:
Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad bila masih ada orang yang membantah kebenaran berita tentang kejadian Isa, sesudah mendapat penjelasan hendaklah mereka diajak bermubahalah untuk membuktikan siapa yang benar dan berdoa supaya Allah SWT menjatuhkan laknat-Nya kepada orang yang berdusta. Mubahalah ini sebagai pencerminan dari kebenaran kepercayaan itu. Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw, agar mengundang keluarga masing-masing baik dari pihaknya maupun dari pihak mereka, yang terdiri dari anak-anak dan isteri, untuk mengadakan mubahalah ini.
Di dalam ayat disebutkan lebih dahulu isteri dan anak-anak nabi dalam mubahalah, karena seseorang lebih mengkhawatirkan diri keluarganya dari pada dirinya sendiri. Hal ini mengandung pengertian bahwa Nabi Muhammad saw, telah percaya dengan penuh keyakinan bahwa bencana yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari muhabalah itu tidak akan menimpa keluarganya dan dirinya. Kemudian ayat ini yang dikenal sebagai ayat mubahalah.
Mengenai terjadinya ajakan mubahlah tersebut telah diriwayatkan melalui berbagai macam sumber, bahwa Nabi Muhammad saw, telah mengajak orang-orang Nasrani dari suku Najran untuk mengadakan mubahalah, tetapi mereka menolak.
Imam Bukhari dan Imam Muslim juga telah meriwayatkan sebuah hadis bahwa Al 'Aqib dan As Sayid mengunjungi Rasulullah saw. Kemudian beliau berkeinginan untuk mengadakan mubahalah dengan mereka. Maka salah seorang di antara mereka berkata kepada kaumnya: "Janganlah kamu bermuhabalah dengan dia. Demi Allah apabila ia betul-betul seorang Nabi lalu dia bemubahalah dengan kita, niscaya kita tidak akan berbahagia selamanya, dan tidak akan ada generasi yang akan melanjutkan keturunaan kita. Kemudian mereka berkata kepada Nabi saw: "Kami akan memberikan apa yang engkau minta sebab itu utuslah kepada kami seorang laki-laki yang terpercaya" Kemudian Nabi saw bersabda: "Berdirilah hai, Aba Ubaidah", maka setelah ia berdiri Nabipun bersabda: "Inilah orang yang terpercaya dikalangan umat ini" .
Abu Nu'aim meriwayatkan pula sebuah hadis dari Ibnu 'Abbas dalam kitab Ad Dalail melalui sanad dari Ata'dan Ad Dahak dari lbnu Abbas bahwasanya delapan orang Nasrani dan penduduk Najran mendatangi Rasulullah saw Di antara mereka terdapat 'Aqib dan As Sayid. Kemudian Allah SWT menurunkan ayat ini. Lalu mereka berkata: "Beri tangguhlah kami tiga hari". Lalu mereka pergi kepada Bani Quraizah, Bani Nadir dan Bani Qainuqa' dari kalangan orang-orang Yahudi. Kemudian mereka memberi isyarat untuk berdamai saja dan tidak mengadakan mubahalah dengan Nabi. Kemudian mereka berkata: "Dia adalah nabi yang telah diberitakan kedatangannya di dalam kitab Taurat". LaIu mereka mengadakan perdamaian dengan Nabi saw dengan perjanjian membayar 1.000 potong pakaian pada bulan Safar dan 1.000 potong lagi disertai sejumlah uang pada bulan Rajab.
Dan diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw, telah mengajukan Ali, Fatimah dan kedua putra mereka, Hasan dan Husain selain diri beliau sendiri, untuk bermuhabalah dan Nabi pun keluar bersama-sama mereka seraya bersabda: "Apabila saya berdoa hendaklak kamu membaca, Amin".
Dan Ibnu `Asakir telah meriwayatkan sebuah hadis dari Ja'far dari ayahnya, bahwa setelah ayat ini turun, Nabi membawa Aba Bakar bersama-sama anak-anaknya, Umar dan anak-anaknya clan 'Usman bersama anak-anaknya. Dapat dipahami dari ayat-ayat ini bahwa Nabi Muhammad saw, telah memerintahkan untuk mengundang orang-orang yang menentang hakekat kejadian, Isa dari kalangan orang-orang ahli kitab untuk berkumpul baik lakl-laki, perempuan ataupun anak-anak, dan juga Nabi mengumpulkan orang mukminin baik laki-laki, perempuan atau anak-anak. Mereka pun mengajak bermubahalah kepada Allah SWT agar Dia melaknat orang-orang yang sengaja berdusta. Ajakan Nabi saw untuk bermubahalah itu menunjukkan adanya keyakinan yang penuh terhadap kebenaran apa yang beliau katakan, sebaliknya keengganan orang-orang yang diajak untuk bermubahalah menunjukkan alasan dan kepalsuan kepercayan mereka.
Di dalam ayat ini terdapat suatu pelajaran bahwa wanita harus diikut sertakan untuk turut bersama-sama lelaki menghadapi persoalan yang penting. Hal ini menunjukkan kelebihan agama Islam dari agama lain. Juga terdapat suatu petunjuk bahwa menurut ajaran Islam, para wanita sama hak dan kewajibannya dengan laki-laki dalam berbagai urusan.

Asbabun Nuzul Surah Ali 'Imran ayat 61:
Baihaqi mengetengahkan dalam Dalail dari jalur Salamah bin Abdu Yasyu' dari bapaknya seterusnya dari kakeknya bahwa Rasulullah saw. menulis surat kepada warga Najran, yakni sebelum diturunkan kepadanya surat Thasin, "Atas nama Tuhan dari Ibrahim, Ishak dan Yakub, dari Muhammad yang nabi..." Di dalamnya disebutkan, "Maka orang-orang Najran itu mengutus Syurahbil bin Wadaah Al-Hamdani, Abdullah bin Syurahbil Al-Ashbahi dan Jabbar Al-Hartsi kepada Nabi saw. Perutusan ini berangkat mendatangi Nabi saw. sehingga mereka pun saling bertanya jawab. Demikianlah tanya jawab ini terus berlangsung sampai mereka menanyakan, 'Bagaimana pendapat Anda tentang Isa?' Jawab Nabi saw., 'Sampai hari ini tak ada suatu pun pendapat saya mengenai dirinya. Tinggallah tuan-tuan di sini dulu sampai saya dapat menerangkannya!' Ternyata esok paginya Allah telah menurunkan ayat ini, 'Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah...,' sampai dengan firman-Nya, '...seraya kita memohon agar laknat Allah itu ditimpakan-Nya kepada orang-orang yang dusta.'" (Q.S. Ali Imran 59-61) Ibnu Saad mengetengahkan dalam kitab Thabaqat dari Azraq bin Qais, katanya, "Telah datang kepada Nabi saw. uskup negeri Najran bersama bawahannya, kepada mereka ditawarkannya agama Islam, Mereka menjawab, 'Sebelum Anda, kami telah Islam.' Jawab Nabi saw., 'Bohong! Ada tiga perkara yang menghalangi tuan-tuan masuk Islam, yakni ucapan tuan-tuan bahwa Allah mempunyai anak, memakan daging babi dan sujud kepada patung.' Tanya mereka, 'Siapakah bapak dari Isa?' Rasulullah tidak dapat menjawab sampai Allah menurunkan, 'Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah...,' sampai dengan firman-Nya, '...dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tangguh lagi Maha Bijaksana.' (Q.S. Ali Imran 59-62) Nabi mengajak mereka untuk saling kutuk-mengutuk, tetapi mereka menolak dan setuju akan membayar upeti lalu mereka pun kembali."

Kandungan dan Inti Surat Ali ‘Imran Ayat 61:
Ayat 61 ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad agar mengajak orang-orang nasrani yang membantah tentang kisah nabi Isa yang sebenarnya untuk berdialog (berdebad/musyawarah) untuk membuktikan kebenaran anggapan masing-masing mengenai kisah nabi Isa yang sebenarnya.

Nilai-nilai Pendidikan Surat Ali ‘Imran Ayat 61:
Nilai-nilai pendidikan dalam ayat ini adalah mengajarkan kita agar benar-benar yakin bahwa Isa itu adalah seorang nabi, bukan Tuhan. Jika tidak yakin sepenuhnya, maka Allah akan melaknat orang yang ingkar akan kebenaran yang memang sudah disampaikan dan dijelaskan melalui Rasulullah SAW.



Al-Qur’an Surat Al-Kafirun Ayat 1-5:
١      قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
۲      لا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُون
۳      وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
۴      وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
۶      وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
۶      لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Artinya:
1.      Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir,
2.      Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3.      Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4.      Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
5.      Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6.      Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku".

Tafsir Surat Al-Kafirun Ayat 1-6:
Telah diriwayatkan bahwa Walid bin Mugirah, 'As bin Wail As Sahmi, Aswad bin Abdul Muttalib dan Umaiyah bin Khalaf bersama rombongan pembesar-pembesar Quraisy datang menemui Nabi SAW. menyatakan, "Hai Muhammad! Marilah engkau mengikuti agama kami dan kami mengikuti agamamu dan engkau bersama kami dalam semua masalah yang kami hadapi, engkau menyembah Tuhan kami setahun dan kami menyembah Tuhanmu setahun. Jika agama yang engkau bawa itu benar, maka kami berada bersamamu dan mendapat bagian darinya, dan jika ajaran yang ada pada kami itu benar, maka engkau telah bersekutu pula bersama-sama kami dan engkau akan mendapat bagian pula daripadanya". Beliau menjawab, "Aku berlindung kepada Allah dari mempersekutukan-Nya". Lalu turunlah surah Al Kafirun sebagai jawaban terhadap ajakan mereka.
Kemudian Nabi SAW pergi ke Masjidilharam menemui orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul di sana dan membaca surah Al Kafirun ini, maka mereka berputus asa untuk dapat bekerja sama dengan Nabi SAW. Sejak itu mulailah orang-orang Quraisy meningkatkan permusuhan mereka ke pada Nabi dengan menyakiti beliau dan para sahabatnya, sehingga tiba masanya hijrah ke Madinah.
Dalam ayat-ayat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya agar menyatakan kepada orang-orang kafir, bahwa "Tuhan" yang kamu sembah bukanlah "Tuhan" yang saya sembah, karena kamu menyembah "tuhan" yang memerlukan pembantu dan mempunyai anak atau ia menjelma dalam sesuatu bentuk atau dalam sesuatu rupa atau bentuk-bentuk lain yang kau dakwakan.
Sedang saya menyembah Tuhan yang tidak ada tandingan-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya; tidak mempunyai anak, tidak mempunyai teman wanita dan tidak menjelma dalam sesuatu tubuh. Akal tidak sanggup menerka bagaimana Dia, tidak ditentukan oleh tempat dan tidak terikat oleh masa, tidak memerlukan perantaraan dan tidak pula memerlukan penghubung.
Maksudnya; perbedaan sangat besar antara "tuhan" yang kamu sembah dengan "Tuhan" yang saya sembah. Kamu menyakiti tuhanmu dengan sifat-sifat yang tidak layak sama sekali bagi Tuhan yang saya sembah.

Asbabun Nuzul Surat Al-Kafirun Ayat 1-6
Imam Tabrani dan Imam Ibnu Abu Hatim, mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwasanya orang-orang Quraisy mengajak Rasulullah saw. supaya meninggalkan seruannya dengan imbalan, bahwa mereka akan memberikan kepadanya harta yang berlimpah, sehingga akan membuatnya menjadi lelaki yang terkaya di kota Mekah dan mereka akan menikahkannya dengan wanita-wanita yang disukainya Untuk itu orang-orang Quraisy mengatakan, "Semuanya itu adalah untukmu, hai Muhammad, asal kamu cegah dirimu dari mencaci maki tuhan-tuhan kami dan jangan pula kamu menyebut-nyebutnya dengan sebutan yang buruk. Jika kamu tidak mau, maka sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun." Lalu Rasulullah saw. menjawab, "Tunggulah sampai ada wahyu yang turun kepadaku dari Rabbku."
Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Katakanlah!, 'Hai orang-orang kafir...'" (Q.S. 109 Al Kaafiruun, 1 hingga akhir surah). Allah swt. menurunkan pula ayat lainnya, yaitu firman-Nya, "Katakanlah!, 'Apakah kalian menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?'" (Q.S. Az Zumar, 64).
Abdur Razzaq mengetengahkan sebuah hadis melalui Wahab yang menceritakan, bahwasanya orang-orang Quraisy telah berkata kepada Nabi saw., "Jika kamu suka kamu boleh mengikuti kami selama satu tahun dan kami akan mengikuti pula agamamu selama setahun." Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Katakanlah!, 'Hai orang-orang kafir!...'" (Q.S. 109 Al Kaafiruun, 1 hingga akhir surah). Imam Ibnu Munzir mengetengahkan pula hadis yang serupa melalui Ibnu Juraij. Imam Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Said bin Mina yang menceritakan, bahwasanya Walid bin Mughirah, 'Ash bin Wa-il, Aswad bin Muttalib dan Umaiyah bin Khalaf mereka semuanya bertemu dengan Rasulullah saw. lalu mereka mengatakan, "Hai Muhammad! Kemarilah, mari kamu sembah apa yang kami sembah, maka kami pun akan menyembah Tuhan yang kamu sembah. Dan marilah kita bersama-sama bersekutu antara kami dan kamu di dalam perkara kita ini secara keseluruhan. Sehingga Allah menurunkan surat Al-Kafirun ini.

Kandungan, Inti dan Nilai Pendidikan dalam Surat Al-Kafirun ayat 1-6:
1.      Allah mengajarkan kita agar tidak menyembah tuhan selain Allah.
2.      Tidak boleh beribadah bersama-sama orang kafir.
3.      Antara agama Islam dan agama yang lain jelas sekali perbedaannya (tidak sama).


BAB III
PENUTUP


Kandungan dan inti surat ali ‘imran ayat 61: Ayat 61 ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad agar mengajak orang-orang nasrani yang membantah tentang kisah nabi Isa yang sebenarnya untuk berdialog (berdebad/musyawarah) untuk membuktikan kebenaran anggapan masing-masing mengenai kisah nabi Isa yang sebenarnya.
Nilai-nilai pendidikan dalam ayat ini adalah mengajarkan kita agar benar-benar yakin bahwa Isa itu adalah seorang nabi, bukan Tuhan. Jika tidak yakin sepenuhnya, maka Allah akan melaknat orang yang ingkar akan kebenaran yang memang sudah disampaikan dan dijelaskan melalui Rasulullah SAW.
Kandungan, inti dan nilai pendidikan dalam surat al-kafirun ayat 1-6: Allah mengajarkan kita agar tidak menyembah tuhan selain Allah; Tidak boleh beribadah bersama-sama orang kafir; Antara agama Islam dan agama yang lain jelas sekali perbedaannya (tidak sama).


DAFTAR PUSTAKA



http://www.scribd.com/doc/21216882/Asbabun-Nuzul Diakses Tanggal 19 Desember 2011, Pukul 16:09 WIB.

http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2122327-pengertian-tafsir-dan-ta-wil/ Diakses Tanggal 19 Desember 2011, Pukul 16:15 WIB.

http://en.wikipedia.org/wiki/Tafsir Diakses Tanggal 19 Desember 2011, Pukul 16:20 WIB.

http://c.1asphost.com/sibin/ Diakses Tanggal 18 Desember 2011, Pukul 14:15 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar